Yang pertama bahwa bersyukurlah para orang tua dikaruniai seorang anak atau bahkan banyak anak, karena sejatinya anak itu adalah titipan dari Allah. Ia adalah amanah meskipun mungkin dia juga dianggap sebagai beban. Namun Allah SWT mengatakan, Laa yukallifullahu nafsan illa wus'aha, Allah tidak mungkin memberikan kita beban di luar kesanggupan kita. Karena itu ketika kita dikaruniai seorang anak, yakinlah bahwa kita pasti mampu menjadi seorang ayah yang terbaik atau orang tua yang terbaik.
Ketika kita berbicara tentang mendidik, sebenarnya muncul pertanyaan tugas pendidik itu sebenarnya tugas seorang ayah atau seorang bunda. Jawaban ini bukankah jawaban yang bisa dijawab sekedar dengan perasaan, karena agama ini selalu mendorong kita untuk selalu berbasis ilmu dan menomorduakan perasaan. Perasaan kita dibimbing dengan ilmu. Dan kalau kita lihat dari seluruh sumber referensi dalam agama ini, wabilkhusus, dimulai dari Alquran Nul Karim yang berjumlah 6236 ayat Alquran, maka kita akan menemukan bahwa perintah untuk mendidik anak itu jatuhnya bukan kepada Bunda sebenarnya, tapi kepada para ayah.
Kalaulah yang disebut sebagai pendidikan itu adalah dialog karena tidak ada pendidikan tanpa dialog. Kita dapat melihat bahwa di dalam alquranul karim itu terdapat 17 ayat dialog orang tua kepada anak-anaknya. Dan dari 17 ayat-ayat Alquran terkait orangtua dialog kepada anaknya itu, ternyata 14 ayat itu dialog ayah terhadap anaknya. Bunda itu hanya 2 ayat, dan satu ayat itu adalah dialog Ayah Bunda yang belum disepakati oleh ulama tafsir yang merujuk pada keluarga siapa. 14 ayat yang banyak sekali menampilkan sosok-sosok Ayah terbaik dan disebut ayah terbaik adalah karena dia berdaya, dan disebut berdaya karena dia berdialog dan menyempatkan waktu berbicara dengan anak-anaknya.
Tentu saja hal ini harus menjadi motivasi bagi kita semua, bahwa seorang Ayah itu harus terlibat mendidik. Satu ayat yang sering atau memang bisa dijadikan sebagai dasar dalam hal ini, yaitu Quran surat at-tahrim surat 66 ayat ke-6 ketika Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengatakan Hai orang beriman Jagalah dirimu dan jagalah keluargamu dari api nerakaNya Allah. Maka ini sebenarnya suami menjaga istri dan anak-anaknya atau istri menjaga anak-anaknya. Tentu jawabannya adalah suami mendidik istri dan kemudian mendidik anak-anaknya itu lebih dahulu, maka kalau kita lihat tafsiran daripada Ali Bin Abi Thalib radhiyallahu ta'ala anhu, kata beliau makna jagalah keluargamu itu adalah tegakkalah adab dan ajarkan ilmu. Maka seorang suami dia adalah guru, seorang suami adalah imam, seorang suami adalah syaikh, seorang suami adalah pendidik, maka dia hendaklah menegakkan adab kepada diri, istri dan anak-anaknya dan kemudian dialah yang bertanggung jawab untuk menanamkan ilmu sampai ke dalam jiwa manusia.